Senin, 08 April 2013

WING THEORY ( Sayap pada Merpati )



Sayap pada merpati seperti halnya kaki pada manusia utk berlari. Sayap memang organ yg paling vital bagi burung utk terbang. Tapi harus juga diingat bahwa sayap digerakan oleh naluri/otak burung. Jadi, kalau masalah cepat atau lambatnya terbang, menurut saya karakter sifat merpati lebih banyak memegang peranan. Yang bisa kita lakukan hanyalah melihat struktur dan konstruksi sayap supaya bisa digunakan secara optimal.
Utk merpati tinggi, ada yg mengatakan bahwa sayap sebaiknya agak cembung keatas (kerung). Helai lar sayap berbentuk lebar dan membulat diujungnya. Bentuk yg cembung ini menjadi insprisasi hukum Bernaulli yg diaplikasikan pada bentuk sayap pesawat terbang, agar pesawat bisa terangkat naik. Apakah sayap merpati yg cembung menjamin merpati bisa terbang tinggi..?? Secara teoritis memang betul.
Tapi ini juga tergantung merpatinya sendiri. Kalau memang nalurinya menginginkan terbang menuju kebawah, maka apapun bentuk sayapnya, pasti terbangnya akan pendek juga.
Utk merpati balap, yg diutamakan adalah kecepatan terbangnya. Tinggi atau pendek tidak menjadi masalah asalkan ia mampu terbang dgn cepat. Yg jelas, ada lebih banyak faktor utk melihat apakah merpati bisa terbang dgn cepat.
Secara umum, lar sayap merpati sebaiknya berjarak rapat, dgn tulangan lidi yg kuat dan lentur. Hal ini berguna agar hasil 'lompatan' yg dihasilkan sayap lebih maksimal, sehingga tenaga tidak terbuang percuma. Dgn lar yg lebih rapat dan tebal, maka merpati bisa 'melompat' lebih jauh.

Sebagai ilustrasi, misalkan merpati dgn sayap yg baik bisa melompat 10mtr sekali kepak, sementara sayap yg 'jelek' hanya bisa menghasilkan 5 mtr sekali kepakannya. Bisa dibayangkan bila jarak 1km, merpati dgn sayap bagus hanya butuh 100X kepakan, sementara merpati dgn sayap yg jelek membutuhkan 200X kepakan (lebih cape). Dgn kata lain, merpati dgn lar sayap yg baik bisa secara maksimal memanfaatkan tenaganya utk terbang.
Untuk merpati balap, permasalahan bisa lebih kompleks bila kita menginginkan gaya terbang yg full stroke, half stroke, kepakan satu persatu atau cepat (rapid). Apakah gaya terbang pada merpati balap ini berhubungan dgn kecepatannya? Saya sendiri masih bertanya2. Yang harus diingat, biasanya merpati yg terbangnya lambat, memiliki kecenderungan utk terbang lebih tinggi dibanding merpati yg terbangnya cepat.

            Banyak tulisan mengenai Wing Theory. Kalau yg punya bukunya Born to Win karangan Wim Peters di bab VI di bahas panjang lebar mengenai Wing Theory. Lalu di Winning Magazine edisi no 122-127 ada tulisan Rod Adamas judulnya Flight in Birds and Wing Theory. Kedua penulis tersebut mendasarkan teorinya sama yaitu "Aerofoil Principle" yg juga dipake utk design pesawat terbang yg kemudian diterapkan untuk merpati. Terus terang teorinya agak njlimet dan bikin pusing.

Ada bermacam gaya terbang merpati balap
Dilihat dari stroke :
- Full Stroke (Mengepak penuh, ujung2 sayap hampir bertemu/setiap sayap bergerak hampir 180')
- Half Stroke (kiwir2/setengah kepakan)
Dilihat dari intensitas kepakan :
- Mengepak satu persatu
- Mengepak cepat (rapid)

Stroke dan intensitas kepaknya menghasilkan beberapa kombinasi gaya terbang:
- Full stroke + mengepak satu2
- Full stroke + rapid
- Half stroke + satu2
- Half stroke + rapid

Gaya terbang bisa juga dilihat dari panjang pendek struktur tulang lengan sayap dan panjang pendek lar sayapnya.
Kalau kita raba pada pangkal sayap, maka akan didapat tulang 'penghubung' antara badan dgn sayap. Bentuknya tulang agak kecil... Panjang atau pendeknya tulang ini, sedikit banyak berpengaruh pada cara terbangnya.
1.        Tulang yg panjang memiliki kecenderungan intensitas kepakan yg lebih lambat. Sementara tulang yg lebih pendek memiliki kecenderungan kepakan lebih cepat.
 2.         Lar sayap yg agak pendek memungkinkan burung terbang full stroke, sementara lar yg panjang cenderung half stroke (kiwir2).

Kombinasi dari tulang dan lar sayap inilah yg menyebabkan burung memiliki gaya terbang yg berbeda.
Tulang panjang, sayap pendek, gaya terbang 'satu2' dgn full stroke.
Tulang panjang, sayap panjang, gaya terbang satu2 dgn half stroke.

yg dijelaskan oleh Vanderschelden khususnya yg terkait dengan ukuran (panjang) tulang sayap bagian dalam dan luar. Hanya persoalannya dia menggunakan merpati pos sebagai patokan yg mungkin berbeda dengan merpati balap. Beberapa pendapatnya:

1.        Panjang tulang sayap bagian dalam (bahu) maksimum 6 cm dan harus tebal dan "trouser pin" ( tulang sayap bagian luar) max 11-11,5 cm. Tulang bahu yg tipis tidak akan mempunyai resistensi.
2.        Yg paling penting diperhatikan adalah 4 lar terluar dimana panjangnya antara 12-15 cm.
3.        Kalau lar no 8 lebih pendek, no. 9 lebih panjang dan no 10 (paling luar) paling panjang dinilai sebagai bentuk sayap yg jelek.
4.        Lar no. 8 lebih pendek dari no. 9 dan no 10 lebih pendek dari no. 9 ini kualitas sayap reguler.
5.        Lar no.7 jauh lebih pendek dari no. 8 dan no. 8 ini sama panjang dgn lar no. 9 dan 10 ini kualitas sayap bagus.
6.        Lar no 7 sama dgn no. 8, 9 dan 10, tetapi lar no. 6 jauh lebih pendek ini "super favourites".
7.        Kalau bulu sayap di bentangkan, maka bagian bulu luar harus berfungsi ventilasi (tidak boleh menutup rapat ( Dia bilang kalau kita jatuhkan kacang, maka akan molos).

Yg juga bisa ditambahkan, bulu harus "nyutra" dan seperti berbedak. Ini gunanya untuk memperkecil hambatan saat terjadi gesekan dengan udara waktu terbang.

Vanderschelden nggak bicara soal style terbang, tapi hanya bentuk sayap yg efisien (speed) saja.  Di bukunya Rod Adams maupun Wim Peters juga nggak membahas gaya terbang tetapi lebih fokus pada aerodinamik saja.
Selain itu, teory sayap dalam merpati pos lebih fokus pd mencari bentuk sayap yg cocok utk short, medium, dan long distance.

Kalau menurut Breemen, sayap itu dapat diibaratkan seperti skop (sendok pasir). Berapa banyak pasir yg dapat dipindahkan oleh skop tersebut dalam waktu tertentu tergantung dari banyak hal seperti ketrampilan, tenaga, body (otot), dll. Sementara bentuk skop (datar atau cekung) hanya salah satu faktor saja. Saya kira struktur sayap dalam merpati juga begitu dalam arti tidak berdiri sendiri. Yang juga penting adalah menilai faktor2 yg mengendalikan gerakan sayap seperti otot dan tenaga.
Seperti halnya eye sign, saya kira ini juga bisa jadi bahan penelitian yg menarik utk merpati balap.

Satu hal yg patut dicontoh dari para bule adalah ketekunan mereka untuk mengobservasi dan meneliti seluruh aspek yg terkait dengan merpati secara sistematis dan menuangkannya dalam satu buku/tulisan. Bahwa nantinya akan menimbulkan kontroversi itu nggak masalah justru akan melengkapi hasil penelitian tersebut.


 KECEPATAN TERBANG DAN HAMBATAN

Speed = Thrust - Drag atau daya dorong minus hambatan.
Faktor2 yg mempengaruhi drag adalah kepadatan medium (dalam hal ini udara), kecepatan obyek yg terbang dibandingkan dengan kecepatan udara (tergantung udara dari depan atau dari belakang/ head wind atau tail wind) dan bentuk dari benda yg terbang.

Di lapisan udara yg tipis (semakin tinggi, semakin tipis) tekanan udara terhadap benda yg terbang semakin kecil sehingga burung bisa terbang lebih cepat. Bentuk benda yg pipih (aerodimais) gesekan dengan udara semakin kecil. Dalam hubungannya dgn bulu nyutra dan berbedak, memang akan memperkecil gesekan dengan udara karena lebih licin.

Kalau drag itu sebagian besar adalah faktor lingkungan (alam) yg berada di luar kontrol kita. Sebetulnya yg lebih menarik dikaji adalah faktor apa saja yg mempengaruhi "thrust". Tentu thrust akan dipengaruhi oleh kemampuan otot dan tenaga (fuel). Dan utk yg terbang jarak jauh perlu cadangan tenaga (fat). Tapi saya kira thrust juga dipengaruhi oleh bentuk sayap dan gaya terbang. Yg menjadi pertanyaan adalah bentuk sayap dan gaya terbang yg seperti apa yg dapat memberikan thrust paling maksimum.


By. Janoko Mozart Bf
 Cp. 087733991995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar