Selasa, 09 April 2013

MENGURANGI MUNCULNYA GEN RESESIF ( MEMILIH INDUKAN YANG TEPAT DALAM BREDING INBRED )




Tujuan seorang breeder adalah bagaimana menghasilkan "keluarga" merpati yang baik secara terus menerus dari tahun ke tahun. Oleh karenanya mengandalkan hasil ternak dari satu atau dua golden pair saja sangat riskan karena sepasang merpati tidak mungkin berproduksi secara terus menerus. Oleh karenanya regenerasi indukan menjadi sangat penting. Kecenderungan yang sering terjadi adalah kalau seorang breeder mempunyai golden pair, maka golden pair tersebut "diblandreng" untuk bertelur terus menerus.
Cara ini sangat beresiko karena beberapa hal:
1.        Burung betina yang bertelur terlalu sering kualitasnya akan semakin menurun dan peluang untuk munculnya gen resesif yang negatif akan semakin besar.
2.        Burung yang akan masuk periode bredring harus dipersiapkan secara baik, baik dari sisi fisik maupun mentalnya. Persiapan fisik berhubungan dengan pemberian nutrisi dan manajeman yang baik. Idealnya persiapan fisik dan kesehatan memerlukan waktu 1 bulan. Ini periode "coditioning" atau "flushing". Kalau burung betina bertelur sampai 2 X sebulan, bagaimana mungkin menyiapkan fisik dan kesehatan yang baik??. Burung yg memasuki masa breeding akan mengalami stress. Kalau terlalu sering bertelur dengan sendirinya periode stress akan semakin berat.
Kalau di kandang kita ada burung yang dapat dikategorikan sebagai GOLDEN PAIR, maka yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan kombinasi gen yang ideal tersebut tetap ada di kandang kita. Ini hanya bisa dilakukan melalui inbreeding dan linebreeding. Memang betul inbreeding dan linebreeding akan menghasilkan keseragaman baik dari sisi kualitas maupun bentuk fisik. Tetapi justru tujuan seorang peternak adalah bisa menghasilkan keseragaman dari sisi mutu, bukan menghasilkan keluarga merpati yang mutunya belang bentong. Keseragaman jangan diartikan sebagai keseragaman yang statis tetapi keseragaman yang dinamis dimana kualitasnya terus mengalami peningkatan.

    Meskipun kita menggunakan strategi inbreeding, peningkatan kualitas tetap harus dilakukan melalui crossing dan backcrossing. Tetapi kalau kita melakukan crossing terus menerus tanpa ada stabilisasi gen, maka kualitas hasil ternakan menjadi bervariasi. Akibatnya hasil ternakan tidak memiliki ciri khas dan tidak ada standard mutu. Peternak yang seperti ini tidak memiliki trade mark yang bisa diandalkan karena menimbulkan keraguan bagi pemain lain yang ingin memiliki disebabkan tidak adanya standar dari hasil breding.

KEMAMPUAN INDUKAN MENURUNKAN GEN DOMINAN

Kalau kita bicara pada tataran teoritis, agak sulit memilah karakter tertentu yang diturunkan oleh induk betina maupun yang  diturunkan oleh induk jantan karena Induk jantan dan betina berpeluang sama besar (50;50) untuk menurunkan gennya kepada anak-anaknya, demikian juga dalam hal warna induk betina dan jantan sama - sama memberi peluang yang sama ini dikarena gen yang diturunkan baik secara genotif dan genotif turunnya secara acak.  Dan jangan lupa bahwa kakek, buyut dan seterusnya juga punya kontribusi dalam penurunan gen tersebut. Itu sebabnya membaca pedigree dalam penurunan gen menjadi penting untuk mengetahui nenek moyang (trah) seekor burung merpati agar kita tidak salah dalam mempersiapan breding.

      Dalam masalah penurunan gen, kita menghadapi masalah gen dominan dan gen resesif, bisa kita ambil contoh dalam breding Bisa saja tembak keras mengikuti ibunya kalau memang gen yang menentukan tembak keras dari ibunya bersifat dominan. Tapi bagaimana kita tau tembak keras ibunya kalau burung betina tidak pernah dilepas diuji dalam hal terbang kecuali dalam merpati pos. Mungkin kita bisa memperkirakan tembak keras ibunya dengan melihat indukan dari betina tersebut atau dari saudara jantan walaupun itu belum menjamin 100 %,sehinggai tidak ada jaminan bahwa tembak keras yang keras itu akan menurun pada keturunannya semua hanya berdasarkan perkiraan yang penuh perhitungan serta analisa yang tepat.
Karena ketidak pastian ini, maka dalam breeding selalu disarankan prinsipnya adalah " The best vs The best" sehingga peluang untuk mendapatkan burung baik menjadi lebih besar.
   
Bagaimana mencetak Breder 
     Tujuan dari inbreeding adalah untuk mencetak breeder, bukan racer karena ada potensi terjadi inbreeding depression seperti burung loyo, gampang sakit atau bahkan cacat fisik. Untuk mencetak racer perlu dilakukan dengan crossing burung hasil inbreed dengan darah lain yang tidak ada hubungan. Sebaiknya burung yang digunakan untuk crossing juga hasil inbreed hanya beda darah. Ini yang biasa disebut dengan hibridisasi (hybridization).
Tetapi menurut beberapa pengalaman breding, inbreeding depression tidak selalu muncul seketika walaupun ada juga yg muncul seketika. Menurut pengalaman lagi bahwa melakukan inbreed, anak yang dihasilkan lansung kacau balau, tapi ada juga yg anaknya normal dan bisa dimainkan tanpa ada tanda-tanda mengalami inbreeding depression. Kesimpulannya, ada burung yang darahnya cocok untuk inbreed dan ada juga yang tidak cocok karena tidak semua burung bisa dilakukan inbred sekalipun dari burung juara.

    Dalam melakukan breding inbreed bila hasilnya terlihat normal, bisa dicoba lakukan double inbreed. Contoh Induk Jantan X anak betina, begitu keluar anak betina X lagi dengan induk jantan tsb ( kakeknya / F2)  Tetapi jangan sampai lebih dari 2 kali karena potensi munculnya inbreeding depression sangat besar.
Hybreed adalah satu tahap setelah kita melakukan inbreed atau linebreed. Jadi kita bisa melakukan hybreed setelah melakukan inbreed atau linebreed. Ini sangat umum dilakukan peternak baik terutama di Eropa.
    Inbreed bisa menjadi strategi breeding yang ampuh dan homogenisasi gen bisa berlangsung dengan cepat. Tapi masalahnya memerlukan pengalaman karena effeknya juga besar dan bikin kaget. Oleh karena itu saya sarankan bila tidak siap melakukan Inbred dapat melakukan  linebreed saja yang terbukti hasilnya juga hebat. Hanya kelemahannya proses homogenisasi gen lebih lama bila dibandingkan Inbred.

TERNAK DENGAN MEMANFAATKAN LOLOHAN (BABUAN)
      Mengenai penggunaan babuan saya rasa ini sudah lazim dilakukan oleh para peternak baik tinggian, kolong dan balap pada umumnya. Kualitas burung ditentukan oleh struktur gennya dan struktur gen ini diturunkan melalui perkawinan, bukan melalui lolohan. Jadi menggunakan babuan tidak mempengaruhi struktur genetiknya.
      Masalahnya kalau kita menggunakan babuan ada kecenderungan kita memperlakukan babuan sebagai "burung kelas 2" . Padahal burung yang sedang meloloh justu memerlukan perhatian yang lebih baik, terutama dari sisi pemberian nutrisi dan pengawasan kesehatan. Kalau perhatian terhadap burung babuan tidak memadai maka dengan sendirinya kualitas piyikan juga akan menurun.
Kalau kita mau menggunakan babuan untuk loloh yang penting adalah mempersiapkan babuan tersebut secara baik, terutama dari sisi kesehatan dan nutrisi. Babuan juga tidak boleh meloloh terus menerus karena akan mengalami stress yang bisa berakibat pada semangat untuk merawat piyiknya. Dengan breding menggunakan babuan yang mahir dalam merawak piyik  tentunya hasil anakannya pun terlihat sehat dan berkualitas.

Thanks alot off, I appreciate you in thinking

by Janoko Mozart Bf
    Cp. 087733991995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar